Pernah saya menanti Lars pulang mulai dari panas, hujan dan kembali kering.
Dia tidak juga kunjung datang, sampai larut, sampai pagi
hampir menjelang. Tidak ada hujan di hari-hari kepergiannya. Tidak di hari
pertama saya lalu tahu dia pergi selamanya, tidak di hari saya berada di Bali
menyaksikan prosesi tutup jenazah untuk kemudian kami kirimkan ke Frankfurt,
bahkan tidak di hari dimana saya tahu jenazahnya sudah tiba dipelukan Ibunda.
Mungkin langit sudah kehilangan tenaganya, tidak sanggup lagi kalau harus
terus-menerus melihat air mata di pipi tidak kunjung henti. Tidak juga
keringat, dari badan yang terlalu lelah dan takut, takut kalau berita
kematiannya benar-benar nyata. Takut kalau kekasihnya sungguh tidak akan pernah
kembali.
Tetapi langit menjadi kawan setia, waktu dia, lelaki yang
saya mulai jatuh hati, saya dapati membagi kasihnya kepada orang lain. Mungkin memang
hanya langit yang setia, hujan tidak membiarkan saya menangis lagi, karena
sudah diwakilkan. Berdoa saja, katanya langit, kalau memang dia harus kamu
lepaskan, maka lepaskan saja. Tidak akan pernah ada satu alasanpun untuk
bertahan, tidak siapapun. Maka langit memutuskan untuk mewakilkan hujan sebagai
air mata yang mungkin tidak layak jatuh, meski hanya setetes. Kala itu, kalau
memang cinta adalah tempat untuk berteduh, saya rela berlari saat hujan.
Sudah hujan, sayang. Maka jangan menangis lagi :’)
Bahkan ketika hujan mengantarkan saya pada tubuh yang menggigil,
tidak pernah saya tidak jatuh hati. Hari itu, beberapa jam setelah saya pergi
pamit kembali ke Jakarta, ada hujan yang terlalu deras. Ada mereka yang takut
basah dan ada kendaraan yang takut beroperasi. Saya, lari dalam hujan,
menyatu dengan setiap alirannya. Dingin, sama seperti hati kamu saat ini. Kalau
hanya hujan dan demam, saya masih sanggup. Tapi kalau hati yang dingin penuh
rasa benci, lebih baik kita pergi.
Hujan kali itu, barangkali yang terbaik. Perjalanan menuju
ke salah satu toko kopi favorit di hari pertama berusia dua puluh delapan
diiringi hujan. Tuhan memberkati setiap hati yang mau bangkit. Tuhan berikan
rejeki bagi diri yang mengalami masa sulit. Secangkir kopi panas (tanpa gula
rendah kalori), hari itu, adalah momen terbaik untuk memulai usia yang baik. Makan
malam yang baik dengan salah satu teman baik, untuk segala sesuatu yang lebih
baik.
Sudah hujan, sayang. Maka jangan menangis lagi :’)
...
No comments:
Post a Comment